rumah sejarah kalijati diLanud suryadarma - Museum Rumah Sejarah pada awalnya merupakan rumah dinas biasa yang dibangun tahun 1917 untuk tempat tinggal Perwira Staf dari Sekolah Penerbang Hindia Belanda di PU Kalijati. Guna mengenangnya sebagai tempat bersejarah atas inisiatif Komandan Lanud Kalijati saat itu, Letkol Pnb Ali BZE maka padatanggal 21 Juli 1986 diresmikan sebagai sebuah museum dengan nama “Museum Rumah Sejarah”. Dengan demikian generasi penerus Bangsa Indonesia akan mengetahui tempat tersebut sebagai salah satu tempat bersejarah saat penyerahan kekuasaan penjajahan Belanda kepada Jepang.
“Museum rumah sejarah” demikian nama museum yang sampai saat ini tetap eksis walaupun telah berusia hampir seabad sebagai tempat bekas perundingan Belanda dan Jepang tahun 1942. Museum Rumah Sejarah itulah yang menjadi saksi bisu penyerahan kekuasaan Belanda yang telah menjajah Indonesia selama 350 tahun kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942. Lokasi Museum Rumah Sejarah terletak dikomplek Garuda E25-Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat sekitar 133 kilometer arah timur Ibukota Jakarta dengan sekitar 2 jam perjalanan darat. Kondisi bangunannya tetap terjaga karena sejak kemerdekaan berada di dalam lingkungan Pangkalan Udara (PU) Militer bernama PU Kalijati (berganti menjadi Lanud Suryadarma sejak 7 September 2001).
Momen bersejarah menjelang penyerahan Belanda kepada Jepang adalah pendaratan pasukan Jepang di Eretan Wetan pada 28 Februari menjelang 1 Maret 1942. Pasukan yang dipimpin Kolonel Shoji ini bertugas menggempur pangkalan udara Kalijati dan menduduki Subang. Ketika itu Belanda diperkuat pasukan Inggris serta Landswacht dan Standswacht tidak kuasa menahan serangan Jepang dan akhirnya mundur ke Bandung. Pasukan Jepang mengejarnya lewat Ciater. Pada 6 Maret 1942 terjadi pertempuran sengit di Ciater. Tidak lama setelah itu Lembang sebagai pintu gerbang menuju Bandung berhasil dikontrol pasukan Jepang. Keberhasilan ini memaksa pasukan KNIL (Koninklijk Netherlandsch Indische Leger) di bawah komandan Letnan Jenderal Terpoorten melakukan gencatan senjata pada 7 Maret 1942.
Pada tanggal 8 Maret 1942 perundingan dilaksanakan tapi tidak di Jalancagak, namun di PU Kalijati dengan pertimbangan dari pihak Jepang yaitu PU Kalijati merupakan PU yang kuat dimana terdapat armada udara tempurnya. Apabila perundingan gagal, Jenderal Imamura akan langsung memimpin perang. Syarat tersebut telah memperkuat Jepang dan melemahkan pihak Belanda. Akhirnya kedua pejabat tinggi Belanda yaitu Gubernur Jenderal Belanda Mr. A.W.L. Tjarda van Starkenborgh dan Panglima Ter Poorten menerima undangan Jenderal Imamura untuk berunding di PU Kalijati.
Dalam perundingan tersebut Jenderal Imamura minta agar Panglima Ter Poorten menyerah tanpa syarat dan menyerahkan seluruh Tentara Hindia Belanda.Kalau tidak dipenuhi maka Ter poorten boleh kembali ke Bandung, namun pertempuran akan dilanjutkan kembali. Jepangmengancam akan menghujani Bandung dengan Bom dari udara.Sesudah diberi waktu 10 menit, Ter Poorten akhirnya tidak berkutik, ia akhirnya menandatangani penyerahan kekuasaan dan kekuatan Hindia Belanda tanpa syarat. Hari itu juga sekitar pukul 22.00 Ter Poorten menelpon ke Markas Tentara Inggris memberitahukan kalau ia baru saja menandatangani penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Jepang. Ia minta agar semua Tentara Sekutu meletakkan senjata. Komandan Tentara Sekutu di Jawa Mayor Jenderal Hervey Degge Wilmot Sitwell semula merasa terkejut dan merasa tidak enak, karena tidak pernah diajak berunding tetapi akhirnya menyadari juga sebab apa akibatnya bila pasukannya melanggar perundingan. Akhirnya Sitwell menuruti keputusan tersebut.
Keesokan harinya Ter Poorten lewat corong radio Bandung mengumandangkan bahwa penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Jepang telah dilaksanakan dan ditanda tangani di Pangkalan Udara Kalijati.Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 12 Maret 1942, seluruh Komandan kesatuan Belanda, Inggris dan Australia secara resmi menanda tangani penyerahan pasukan kepada Komandan Tentara Jepang disekitar Bandung, Letnan Jenderal Masao Maruyama. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Belanda secara keseluruhan di bumi Indonesia.
2 komentar
Write komentarSelamat senja,ditunggu kunbalnya
Reply@Romansa Senja, siap meluncur...
ReplySaya sangat mengharapkan komentar dari pembaca artikel ini untuk kemajuan blog ini. Berkomentarlah sesuai isi artikel dan bukan spam. EmoticonEmoticon